Seiring waktu, aku semakin mengerti bahwa defenisi rumah untuk setiap orang akan berbeda.

Bagimu, mungkin rumah adalah tempat yang kamu huni saat ini. Tak  pernah beranjak, karena selalu ada yang menunggumu disana. Tak pernah berganti, karena kamu nyaman berada di dalamnya.
Bagi yang lain,  mungkin rumah adalah perwujudan yang lainorang misalnya. Suatu tempat mungkin terlalu besar untuk membuat rasa nyaman pada dirinya, maka  dibuatkanlah 'rumah' tempat hatinya kembali.

Akan berbeda lagi jika dirimu menanyakan defenisi rumah bagi mereka yang merasa hampa. Baginya mungkin, tak ada defenisi rumah yang spesifik. Karena yang ia rasakan hanya kekosonganketiadaan akan banyak hal.

Maka jadilah, akan banyak defenisi lain dari rumah yang diciptakan setiap pribadi.

Tapi percayalah, akan ada satu benang merah diantara banyak defenisi rumah tersebut. Satu hal yang dapat dipahami, rumah adalah tempat dirimu kembali.

Secangkir kopi di sebuah kafe dan obrolan panjang mengenai si A , si B, si C mungkin memang terasa menyenangkan.
Tidur di hotel bintang lima dengan kasur empuk dan pemanas air, disertai dengan sajian makanan yang mewah memang tampak  menggiurkan.
Tapi suatu saat, itu semua akan tampak membosankan.  Melelahkan. Tidak lagi menyenangkan.

Lantas, saat 'hujan' itu datang, kamu akan tetap butuh 'rumah'-mu untuk pulang.
Kamu butuh pulangdengan kemauanmu sendiri.
Kamu butuh ditenangkan dan butuh diberi kembali energi.

***
Tertanda, 
Saya yang sudah menemukan rumah-nya.

Feelings: A Home

by on December 15, 2017
Seiring waktu, aku semakin mengerti bahwa defenisi rumah untuk setiap orang akan berbeda. Bagimu, mungkin rumah adalah tempat yang ...