"Sometimes hurt is inevitable that we just have to deal with it."Kylie, Remember When by Winna Efendi

Apa benar, kita sering melukai diri kita sendirisetidaknya satu kali dalam sehari?

Pada satu keadaan, seseorang bertanya pada dirimu yang baru saja mendapat nilai D pada satu mata kuliah 4 sks.
"Are you okay?"
Berusaha menyimpan kesedihanmu karena kamu tau dirinya mendapat nilai sempurna di mata kuliah ini, kamu menjawabnya seraya tersenyum simpul.
"I'm okay. I'll promise to get better score next semester."

Di keadaan lain, pada hari yang sama, seorang wanita tengah menunggu teman-temannya di sebuah kafe kecil di tengah kota. Telah lama ia merencanakan pertemuan iniberharap semua teman yang diajaknya dapat hadir dan menghabiskan senja bersama seperti saat mereka kuliah dulu. Satu pesan datang melalui dering ponselnya.

"Maaf ya, aku gak bisa datang kali ini. Mendadak ada urusan lain."
Dua pesan.
"Aku telat deh kayaknya. Mulai duluan aja ya."
Tiga pesan.
"Oh iya, kita ketemuan ya hari ini? Maaf banget ya aku lupa. Kalau aku berangkat sekarang, masih bisa gak ya?"
Tanpa kata, ditatapnya layar ponsel itu. Selagi menenangkan hatinya yang gelisah, diketiknya sebuah pesan sederhana.
"Gapapa. Aku tunggu ya yang bisa datang. Yang gak bisa, mungkin di lain waktu kita bisa ketemu :)"

Kemudian, tepat di bangku paling ujung kafe tersebut, terlihat sekelompok ibu-ibu sosialitasedang arisan bulanan sepertinya. Awalnya, mereka tampak bahagia dengan saling melontarkan pertanyaan mengenai kabar masing-masing. Di tengah obrolan, seorang ibu berbaju merah terang dengan kalung emas melingkar di lehernya berkata,
"Lihat deh, aku baru dapat kado kalung dari suamiku. Hadiah ulang tahun."
Ibu berbaju biru yang tepat duduk di samping ibu berbaju merah membalas celetukan itu dengan tak kalah hebatnya,
"Wah, suami kamu romantis juga, ya. Tapi kemarin suamiku juga begitu. Padahal aku gak ulang tahun. Tiba-tiba kasih aku tas ini." Sebuah tas merk Hermes tampak melingkar di tangan si ibu berbaju biru.
Yang lain, samar-samar mulai tertawa kecil menanggapi keduanyasambil ikut bercerita mengenai kehebatan suami masing-masing. Namun, mereka tak sadar bahwa di tengah mereka hadir seorang wanita berbaju hitam biasa. Ia hadir tanpa kalung emas yang melingkar di lehernya, tanpa tas merk Hermes yang ditentengnya, tanpa dandanan yang amat indah untuk diperlihatkan. Sedari awal mereka bercerita mengenai suami ibu berbaju merah, ibu berbaju hitam hanya meneguk minumannya sajaikut tertawa kecil meskipun perih dalam hatinya.
Ibu berbaju hitamditinggal pergi suaminya yang sedang sibuk mencari nafkah di negri tetangga karena bisnis yang dirintisnya sejak masih muda mulai jatuh bangkrut. Dengan banyak keterpaksaan, dia harus tetap menghadiri arisan tersebut. Bukan untuk bersenang-senang, namun dengan pengharapan dapat membantu perekonomian dengan mencoba menawarkan gelang sederhana yang dibuatnya sendiri kepada teman-teman arisannya.

Tidak banyak dari kita yang mengira, dibalik kata baik-baik saja akan ada banyak kisah yang tidak terungkap, tidak terpecahkan, dan tidak pernah diceritakan.

Instead of saying "I'm not okay", people often say "I'm okay" even when they're at their worst position.
Instead of saying "You should be here. You promised before.", people often say "It's okay. We have another time"
Instead of telling that we get annoyed by other people's act, we often keep silentbecause we don't want to ruin their happiness.

Tampaknya, kita lebih suka menerima suatu keadaan dimana mereka menganggap kita punya kebahagiaan yang sama seperti mereka di hari itumeskipun nyatanya tidak. Kita lebih suka menganggap kebahagian yang mereka rasakan hari itu sama halnya dengan memberikan kita sedikit kebahagiaan juga. Kita lebih sering suka memperkeruh suasana hati ketimbang memperkeruh keadaan yang ada.

Lantas pertanyaannya, untuk apa kita melindungi diri kita dari luka akibat orang lain, kalau ternyata yang paling sering menyakiti kita adalah diri kita sendiriyang mencoba berdamai dengan hati meskipun sulit?

Sepertinya memang benar. Kita menyakiti diri kita lebih banyak ketimbang orang lain. Kita, adalah kumpulan luka yang kita buat sendiri.