Untuk Seseorang dengan Jarak 720 km (7)
Hari ini, saya merasakan ketidakadilan jika harus menuliskan
sesuatu yang “menyedihkan” kembali tentang anda.
Tentang anda yang memilih tidak kembali, tentang anda yang memilih
tetap selangkah atau dua langkah menjauhi saya, tentang anda yang ingin berlalu
begitu saja.
Saya sudah menangis seharian kemarin.
Bukan karena drama yang saya tonton menyedihkan,
Bukan karena soundtrack-nya membuat saya menjadi “mellow”,
Bukan karena saya meletakkan bawang tepat di depan saya.
Tapi, karena anda.
Harusnya saya tidak menangis, kan?
Harusnya saya tidak mengharapkan apapun, kan?
Entahlah.
Setiap turun di halte ketika saya menunggu anda dan anda tidak
datang,
Setiap saya berjalan di sekitaran lapangan wisuda ketika saya
mencari anda di tengah keramaian dan anda tidak ditemukan,
Setiap saya berdiri di jalan setapak ketika saya melihat anda
dengan setelan lari pagi—celana pendek, sepatu sport, dan tak lupa ekspresi
kelelahan anda,
Saya berubah sedih.
Rasanya, tetap saja ada yang hilang sekalipun saya mengatakan
tidak ada yang perlu diharapkan, tidak ada yang perlu diikhlaskan, serta tidak ada
yang perlu dikhawatirkan.
Dan saya menyadari, yang hilang adalah anda.
Bukan kata-kata bijak anda ataupun sifat “inspiratif” anda.
Karena yang hilang adalah anda dan itu membuat saya sedih.
Mungkin benar kata teman saya, perasaan saya sudah berubah. Saya
tidak mengartikan anda sebagai “inspirator” saya lagi.
Ah.
Baiklah.
Karena saya sudah lelah berpura-pura tapi tidak ingin berjanji.
Maka, biarkan saya membuat pengakuan ini.
Saya mungkin menyukai anda.
Tapi mungkin juga tidak.
Jadi, biarkan saya tetap bingung dulu, sebelum saya benar-benar
tau ini perasaan apa.
Okay.
Sepertinya cukup.
Padahal tadinya saya ingin menuliskan hal-hal baik tentang anda.
Hal-hal yang menyenangkan. Tapi sepertinya, sudah terlambat. Karena lagi-lagi saya
tidak bisa menahan semuanya.
No comments:
Post a Comment