in
Feelings
Untuk Seseorang dengan Jarak yang Tidak Lagi 720 km (13)
Rifqah Azzahra
/
April 21, 2020
Sudah cukup lama, ya?
Sudah sekitar satu tahun yang lalu. Saat itu saya menganjurkan suatu kesepakatan—yang mungkin kita setujui bersama. Bahwa kita akan berhenti mencari tau bentuk rasa dan mempercayainya sebagai sesuatu yang semu belaka. Bahwa kita akan berhenti mempertanyakan perasaan masing-masing. Bahwa tak akan ada titik temu yang harus jadi tujuan akhir.
Sejujurnya saya juga bingung kenapa saya kembali menulis tulisan tentang anda—padahal saya yang menganjurkan berhenti. Aneh, kan? Saya juga merasa begitu. Tapi akan lebih aneh jika saya tidak menuliskannya—akan lebih menganggu.
Akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya—tentang anda.
Awalnya saya ingin mengabaikannya saja, karena sepertinya tidak tepat bagi seseorang yang sudah lama kehilangan 'wujud rasa' kembali mengingat hal tersebut. Saya sudah lupa. Saya sudah lama kehilangan. Saya sudah tidak bisa mengingat apapun tentang 'rasa' itu. Dan mengenai ini sudah saya katakan di hari terakhir kita bertemu.
Lantas, apa? Kenapa kembali menulis? Apa yang begitu mengganggu sehingga harus dituliskan?
Anda mungkin menggumamkan pertanyaan-pertanyaan itu sekarang.
Saya akan menjelaskan semuanya dengan satu kalimat yang sangat sederhana.
Saya sudah salah langkah.
Setahun yang lalu, ketika saya menganjurkan kesepakatan berhenti saya sadar bahwa saya berada pada jalur kanan dan anda berada di kiri. Saya harus terus melangkah ke kanan—-berjalan lurus tanpa menoleh ke arah anda. Tidak juga boleh berhenti. Namun sekitar tiga hari yang lalu, langkah saya terhenti.
Sebuah podcast milik seorang wanita yang terus menunggu seorang pria yang disukainya meskipun hanya berpegang pada ekspektasi dan harapan tidak sengaja saya dengarkan. Podcast itu membuat langkah saya terhenti dan menoleh ke kiri—membuat saya kembali mengingat anda.
Entah kenapa.
Saya juga tidak tau jelas cara kerjanya.
Tapi sebenarnya inti permasalahannya bukan itu. Bukan hanya itu. Kembali mengingat anda membuat saya kembali mengajukan pertanyaan,
Entah kenapa.
Saya juga tidak tau jelas cara kerjanya.
Tapi sebenarnya inti permasalahannya bukan itu. Bukan hanya itu. Kembali mengingat anda membuat saya kembali mengajukan pertanyaan,
Bentuk rasa yang tidak kita temukan jawabannya itu apa?
sekaligus pernyataan,
Bentuk rasa yang saya anggap sudah hilang itu sepertinya kembali lagi.
Rasanya saya menyesali banyak hal. Tentang podcast itu. Tentang kembali memutar memori. Tentang berhenti melangkah. Perasaan denial saya meronta.
Ini cuma sementara, kok. Nanti juga hilang lagi.
Iya, saya meyakini ini akan hilang lagi. Ini tak akan bertahan lama lagi. Tapi jauh dari itu, saya jadi berpikir,
Sebenarnya memang pernah hilang dan tak sengaja kembali datang atau memang tidak pernah benar-benar hilang?
Dan kita kembali ke titik awal.
Picture is taken from: https://www.muralsyourway.com/p/rainbow-castle-irel-mural/
Sudah cukup lama, ya?
Sudah sekitar satu tahun yang lalu. Saat itu saya menganjurkan suatu kesepakatan—yang mungkin kita setujui bersama. Bahwa kita akan berhenti mencari tau bentuk rasa dan mempercayainya sebagai sesuatu yang semu belaka. Bahwa kita akan berhenti mempertanyakan perasaan masing-masing. Bahwa tak akan ada titik temu yang harus jadi tujuan akhir.
Sejujurnya saya juga bingung kenapa saya kembali menulis tulisan tentang anda—padahal saya yang menganjurkan berhenti. Aneh, kan? Saya juga merasa begitu. Tapi akan lebih aneh jika saya tidak menuliskannya—akan lebih menganggu.
Akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya—tentang anda.
Awalnya saya ingin mengabaikannya saja, karena sepertinya tidak tepat bagi seseorang yang sudah lama kehilangan 'wujud rasa' kembali mengingat hal tersebut. Saya sudah lupa. Saya sudah lama kehilangan. Saya sudah tidak bisa mengingat apapun tentang 'rasa' itu. Dan mengenai ini sudah saya katakan di hari terakhir kita bertemu.
Lantas, apa? Kenapa kembali menulis? Apa yang begitu mengganggu sehingga harus dituliskan?
Anda mungkin menggumamkan pertanyaan-pertanyaan itu sekarang.
Saya akan menjelaskan semuanya dengan satu kalimat yang sangat sederhana.
Saya sudah salah langkah.
Setahun yang lalu, ketika saya menganjurkan kesepakatan berhenti saya sadar bahwa saya berada pada jalur kanan dan anda berada di kiri. Saya harus terus melangkah ke kanan—-berjalan lurus tanpa menoleh ke arah anda. Tidak juga boleh berhenti. Namun sekitar tiga hari yang lalu, langkah saya terhenti.
Sebuah podcast milik seorang wanita yang terus menunggu seorang pria yang disukainya meskipun hanya berpegang pada ekspektasi dan harapan tidak sengaja saya dengarkan. Podcast itu membuat langkah saya terhenti dan menoleh ke kiri—membuat saya kembali mengingat anda.
Entah kenapa.
Saya juga tidak tau jelas cara kerjanya.
Tapi sebenarnya inti permasalahannya bukan itu. Bukan hanya itu. Kembali mengingat anda membuat saya kembali mengajukan pertanyaan,
Entah kenapa.
Saya juga tidak tau jelas cara kerjanya.
Tapi sebenarnya inti permasalahannya bukan itu. Bukan hanya itu. Kembali mengingat anda membuat saya kembali mengajukan pertanyaan,
Bentuk rasa yang tidak kita temukan jawabannya itu apa?
sekaligus pernyataan,
Bentuk rasa yang saya anggap sudah hilang itu sepertinya kembali lagi.
Rasanya saya menyesali banyak hal. Tentang podcast itu. Tentang kembali memutar memori. Tentang berhenti melangkah. Perasaan denial saya meronta.
Ini cuma sementara, kok. Nanti juga hilang lagi.
Iya, saya meyakini ini akan hilang lagi. Ini tak akan bertahan lama lagi. Tapi jauh dari itu, saya jadi berpikir,
Sebenarnya memang pernah hilang dan tak sengaja kembali datang atau memang tidak pernah benar-benar hilang?
Dan kita kembali ke titik awal.
Picture is taken from: https://www.muralsyourway.com/p/rainbow-castle-irel-mural/