Scene 4 : Something I believe. Something wrong I gave to him. -
Irene
Gue masih ingat hari itu dan enggak pernah ingin lupa. Hari dimana Dane berkata
bahwa dia menunggu gue di Regents Park & Primrose Hill, taman di tengah
kota London, salah satu tempat raja dan ratu Inggris berlibur dengan kebun binatang
indah didalamnya.
Ketika gue bertanya kenapa harus ke tempat itu, dia menjawab,
“Scream out, Ren!” Kemudian dia tertawa. Gue ikut tertawa sejenak
sebelum akhirnya menyadari raut wajahnya yang berubah serius.
“There, I have something to say, Ren. Lagian, itu kan tempat yang
emang lo pengen banget kunjungi. Kenapa enggak langsung diiyain aja sih? Kalok
pake tanya-tanya kan jadi repot!” Ujung-ujungnya, dia berubah nyolot lagi.
Hmmm, padahal ue berharap ada kata-kata yang benar-benar serius
akan dia katakan.
“Bukan gitu, Dane. Gue hanya akan ke tempat itu bersama orang yang
punya arti lebih di hidup gue.” “Emang gue bukan ya?” Dia menatap sendu ke arah
mata gue. Sejurus, gue enggak bisa jawab apa-apa. Hanya bisa bermain dengan
pandangan matanya.
“Gue tau kalok gue bukan orang yang punya arti lebih di hidup lo.
It means, we’re just a friends who is met in this exchange student, right? Yes,
that’s true. But let me say something you have to know, Ren. I’ll wait for you,
no matter you come or not.”
Dia pergi meninggalkan gue sendirian. Gue bingung, something I
have to know?
Say goodbye, maybe. Mungkin dia hanya akan berkata tentang apa itu
perpisahan. Dan kemudian diakhir kalimat, dengan terburu-buru dia berkata, “Dan
ini waktunya untuk kita berpisah. Semoga kita bisa bertemu lagi lain waktu dan
semoga kita bisa mencapai apa yang menjadi tujuan kita.”
Cut.
Enggak sedramatis itu juga. Setidaknya kami hanya teman, meskipun
gue berharap, kami bukan teman.
Gue tersadar dari lamunan gue. Menatap langit-langit dan menyadari
bahwa gue ada di sekolahnya Dane sekarang.
Hari itu, gue menemuinya meskipun sedikit terlambat dan mendapati
bahwa dia telah ergi.
Gue menyesal, terlebih mempercayai pikiran sesaat gue. I don’t
believe my heart—aku mempercayai apa yang aku pikirkan.
Akhir cerita, seperti di film-film gue mengikuti apa yang pikiran
gue percayai dan tiba-tiba ngerasa tolol karena gue baru sadar ketika sampai di
Regants Park & Primrose Hill. Hari itu, hari dimana gue membuat dia
menunggu, hari dimana gue melukainya lebih sakit dari sayatan pisau, hari yang
seharusnya gue rayakan setiap bulannya di tanggal yang sama.
Gue mungkin tolol karena bahkan gue enggak sadar, kalok hari itu,
Dane ingin memberitahu gue, bahwa dia menyukai gue sejak awal.
Regants Park & Primrose Hill. Bunga mawar membentuk angka 8.
Kenapa harus angka 8? Karena Dane menyukainya.
Gue menemukan sepucuk surat di pinggir danau.
"Lo tau? Gue suka angka 8-sangat suka. Dan seperti gue
menyukai angka 8 itu, gue menyukai seseorang yang punya arti lebih di hidup
gue. Irene, will you be my eight?"
Damn!
I will, Dane.
Sejurus, gue mendapati dada gue sesak.
###